Bayangkan sebuah wilayah di mana konsep halal diyakini lebih dari sekadar label yang menyatakan aman untuk dikonsumsi atau digunakan, tetapi juga sebagai sebuah konsep keyakinan bahwa halal merupakan acuan agar sebuah produk dapat diterima di masyarakat. Hal tersebut bisa terjadi jika kesadaran masyarakat akan barang berstandar halal telah menjadi patokan. Tidak hanya terstandarisasi halal berdasarkan produknya, tapi juga meliputi setiap proses dari hulu hingga hilir. Di sisi lain, pemerintah juga mendukung dengan mengatur regulasi akan pentingnya proses yang halal dari sebuah produk. Pada titik tersebut, Islam ditempatkan lebih dari sekadar keyakinan beragama dan ritual beribadah, tapi juga menjadi standar hidup masyarakat yang bernilai baik untuk semua orang.
Itulah yang disebut ekosistem halal. Sistem di mana masyarakat, pemerintah, dan para pemangku kepentingan lainnya telah menempatkan halal menjadi standar yang penting mulai dari aspek produksi hingga konsumsi. Saat ini, Indonesia menuju ke arah sana dan tengah menyusun rangkaian tangga menuju keberhasilan untuk membangun ekosistem halal yang solid di dunia. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) telah menyusun MPIHI (Master Plan Industri Halal Indonesia) 2023-2029, sebuah masterplan menuju Indonesia yang menjadi Global Halal Brand pada tahun 2029. Untuk mencapai visi besar tersebut, aspek terpenting yang harus ada yaitu terbentuknya ekosistem halal yang solid di Indonesia. Sebagai negara dengan predikat negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, maka kesadaran akan pentingnya produk halal telah menjadi hal fundamental bagi setiap muslim. Tantangan selanjutnya ialah mengimplementasikan halal dalam setiap proses bisnis.
Dari banyak indikator yang telah disusun, UMKM menjadi salah satu faktor penting menuju ekosistem halal. Hal ini sangat masuk akal mengingat UMKM juga faktor yang menopang perekonomian Indonesia. Hal ini diketahui dari dua tahun terakhir, sektor UMKM menjadi penyumbang terbesar dalam PDB Indonesia, yaitu 60,3% (2022) dan 61% (2023). Artinya, lebih dari setengah perekonomian Indonesia ditopang melalui sektor UMKM. Tidak hanya dari segi kontribusi terhadap PDB, peran sektor UMKM dalam tenaga kerja juga tergolong tinggi. Dikutip dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 117 juta pekerja atau sekitar 97% dari total tenaga kerja yang ada.
Mengingat kontribusi besar sektor UMKM terhadap perekonomian Indonesia dan penyerapan tenaga kerja Indonesia, maka tidak salah jika sektor UMKM sering disebut sebagai Pahlawan Ekonomi Indonesia. Hal ini menunjukkan andil penting UMKM tidak hanya dari tahun-tahun yang sudah berlalu, namun juga untuk beberapa masa yang akan datang. Berfokus untuk menguatkan UMKM dalam membangun ekosistem halal menjadi hal yang perlu diutamakan. Strateginya adalah tidak hanya menguatkan UMKM yang sudah ada, tapi diharapkan juga melahirkan UMKM baru yang siap bersaing secara global.
Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, Bank Syariah Indonesia (BSI) telah menunjukkan kontribusi yang nyata dalam membangun ekosistem halal melalui sektor UMKM. Sampai dengan Mei 2024, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar 46,7 triliun rupiah. Pembiayaan ini tumbuh 17,05% dibandingkan dengan tahun lalu. Kontribusi BSI terhadap peningkatan UMKM tidak hanya sebatas pembiayaan saja, namun juga terlibat dalam pembinaan dan pemberdayaan. Hery Gunardi, Direktur Utama BSI, menyebutkan bahwa BSI berupaya mengembangkan UMKM dengan membangun UMKM Center. Total BSI telah memberdayakan lebih dari 3 ribu UMKM yang dibina oleh UMKM Center yang terletak di Surabaya, Aceh, dan Yogyakarta.
Tidak hanya menguatkan dari segi kualitas UMKM, BSI juga mencetak entrepreneur melalui program Talenta Wirausaha dan BSI Aceh Muslimpreneur. Program tersebut berhasil melahirkan lebih dari 12 ribu alumni Talenta Wirausaha dan 2 ribu alumni BSI Aceh Muslimpreneur. Kedua program ini tidak hanya memberikan pelatihan keterampilan bisnis, tetapi juga memperkuat aspek kehalalan dalam setiap langkah bisnis yang diambil oleh para pengusaha. Program ini mencakup berbagai aspek, mulai dari cara memulai usaha, manajemen keuangan, hingga pemasaran produk halal baik di pasar lokal maupun internasional.
Selain itu, BSI juga terlibat aktif dalam promosi produk halal melalui berbagai platform, baik online maupun offline. Dengan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga sertifikasi halal, BSI membantu mempercepat proses sertifikasi halal bagi produk-produk UMKM. Langkah ini sangat penting mengingat sertifikasi halal menjadi salah satu kunci utama agar produk UMKM dapat menembus pasar global yang semakin mengutamakan produk-produk berstandar halal.
BSI juga mendukung digitalisasi UMKM melalui berbagai inisiatif teknologi. Dengan platform digital yang dimilikinya, BSI memudahkan UMKM untuk mengakses pembiayaan, mendapatkan pelatihan bisnis, dan memasarkan produk mereka secara online. Inisiatif ini tidak hanya membantu UMKM untuk bertahan di tengah tantangan ekonomi global, tetapi juga memungkinkan mereka untuk berkembang dan bersaing di tingkat internasional.
Bahkan yang terbaru adalah BSI mengadakan BSI International Expo, acara pertama BSI yang saya yakin kedepannya memiliki prospek besar dan lebih megah. Hal ini terlihat dari target transaksi yang semula 1 triliun, Namun terealisasi 2 kali kalipatnya, dengan total lebih dari 2 triliun rupiah.
Dari serangkaian acara yang ada, salahs atu yang menarik adalah Bisnis Go Internasional. Acara tersebut mempertemukan buyer dari mancanegara untuk bermitra dengan UMKM di Indonesia. Saya menjadi salah satu peserta yang hadir dalam acara tersebut dan melihat langsung bagaimana BSI membesarkan pasar UMKM dan memperkenalkannya kepada dunia. Hal ini tentu akan menjadi peluang besar bagi para UMKM karena bermitra dengan international buyer berarti juga turut membangun ekosistem halal bahkan ke seluruh penjuru dunia.
Dengan semua langkah yang telah diambil, BSI tidak hanya berperan sebagai lembaga keuangan, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam pembangunan ekosistem halal di Indonesia. Melalui berbagai program dan inisiatif yang dijalankan, BSI menunjukkan komitmen yang kuat untuk mendukung UMKM dan memperkuat ekosistem halal di Indonesia.
Indonesia adalah negara dengan sejuta potensi, dan UMKM merupakan pahlawan untuk negeri. BSI memiliki andil yang besar dan nyata dalam mendukung ekosistem halal, karena tidak hanya sekedar ambisi, namun juga telah terealisasi. Bukti-bukti yang telah disebutkan di atas menjadi alasan valid bahwa BSI memiliki andil besar dalam membesarkan ekosistem halal, terkhusus dalam sektor UMKM.
Masa depan ekosistem halal di Indonesia tampak cerah dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga keuangan seperti BSI. Dengan dukungan yang berkelanjutan dan inovasi yang terus-menerus, ekosistem halal di Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dan mewujudkan visi Indonesia sebagai Global Halal Brand pada tahun 2029. BSI, dengan segala kontribusinya, berada di garis depan dalam perjalanan menuju masa depan tersebut, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil adalah langkah menuju kesuksesan yang lebih besar bagi bangsa dan dunia.